LEMBAGA BELADIRI INDONESIA GARUDA SUCI STMIK SZ NW ANJANI

Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani Satlat Ponpes Syaikh Zainuddin NW Anjani merupakan salah satu Unit Kegiatan di bidang olahraga yang cukup eksis berkegiatan sejak tahun 2004 dalam rangka mengembangkan bakat dan minat santri dan di prakarsai oleh AD.Muhassin yang selanjutnya berkembang sampai sekarang di Ponpes Syaikh Zainuddin NW Anjani. Estafet kepemimpinan di lanjtukan kemudian sebagai Ketua Satlat oleh saudara Muslihin, Ahmad Jayadi, Khairul Umam, dan Abdul Kholis yang telah mampu membawa Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani semakin giat mengikuti even kejuaraan dan berprogram, termasuk melakukan perekrutan anggota baru. Sehingga Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani Satlat Ponpes Syaikh Zainuddin NW Anjani resmi bergabung di UKM Beladiri STMIK SZ NW Anjani pada tanggal 5 Februaru 2011 bersama enam beladiri lainnya dan menjadi beladiri favorit yang berdaya saing dalam rangka menyongsong masa depan yang gemilang sehingga pada tanggal 13 Februari 2011 langsung mengadakan Pengkaderan Dan Pelatihan Dasar (PELATDA) Anggota sebagai program perdana dan dilanjutkan dengan mengadakan kegiatan Pelatihan Pelatih pada tanggal 19-20 Maret 2011 yang lalu. Semangat terus!!!

HISTORY LBI-Garud@ Suci 
Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani merupakan seni olahraga Beladiri yang berdasarkan pada prinsip lingkaran (spin) dengan mengekploitasi kekuatan lawan. Teknik - teknik jurus dalam Beladiri ini antara lain meliputi pukulan, tendangan, kuncian, bantingan, dan meditasi serta latihan mengggunakan berbagai senjata seperti toya, tongkat, pisau, kipas, samurai, pedang, cambuk, rantai, tombak, double stick dan juga mempelajari berbagai senjata beladiri mematikan lainnya. Beladiri ini mulai mengakar di Indonesia sejak tanggal 18 Desember 1982 dengan berorientasi pada aliran Yin Yang dan menekankan pada prinsip keseimbangan untuk mengasihi serta membimbing lawan dengan tekhnik beladiri. Prinsip ini diterapkan pada gerakan jurusnya yang tidak hanya menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan energi tetapi "mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian menaklukkannya dengan memanfaatkan tenaga lawan secara spontanitas.

Beladiri ini diprakarsai oleh para Sufi dari bangsa Hui China yang dulu mengembangkan Beladiri dan memasukkan aspek spiritual ke dalam seni beladiri ini. Sufi tarekat yang berkembang pada masa itu mengambil peranan penting terhadap difusi filosofi Islam ke dalam beladiri. Ulama sufi Hui sering mengalahkan biksu Budha dalam berbagai kejuaraan beladiri. Kemudian lahir istilah Qa Shi yang merupakan sebutan masyhur dalam beladiri ini yang berarti tujuh pendekar untuk mengenang tujuh ulama sufi yang telah mengembangkan beladiri. Maka hal ini menjadi sejarah awal lahirnya Lembaga Beladiri Indonesia Garuda Suci Formasi Meditasi Rinjani.
Filosofi dalam Beladiri diinspirasi dari hadis Rasulullah SAW yaitu:
"Orang yang kuat bukanlah yang dapat menjatuhkan lawan dalam perkelahian, tetapi yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah" (HR Bukhari).
Hal ini pernah ditunjukkan oleh Ali bin Abi Thalib dalam perang Khandaq (625 M) ketika Ali berhasil menjatuhkan lawan dan hendak menghunus pedangnya., tetapi tiba-tiba sang lawan meludahi wajah Ali.  Ali urung untuk membunuh dan bahkan menyuruhnya pergi. ‘Mengapa kau tidak membunuhku?’, lawannya bertanya. Ali kemudian membalas
"Adalah diizinkan untuk membunuh di dalam peperangan. Tetapi pada saat kau meludahi wajahku, kau bangkitkan harga diri dan kemarahanku. Jadi daripada membunuhmu dengan pedangku, lebih baik  kubunuh nafsuku hanya untuk Allah." 
Sang lawan takjub dengan karakter Ali RA dan masuk Islam saat itu juga. Internalisasi perjuangan jihad melawan hawa nafsu ini diterjemahkan para Master beladiri kami sebagai energi murni atau tenaga dalam yang dikenal dengan sebutan Chi Kung. Mereka percaya bahwa kedudukan tertinggi di dalam Beladiri hanya dapat dicapai ketika manusia dapat mengalahkan sifat lemah dan buruk di dalam bathin dan prilakunya. Ini juga diasah melalui serangkain latihan pengendalian diri (muhasabah) dan pernafasan beladiri.